Saturday, December 18, 2010

17 Desember 2010

Sahabat..
namamu kukenal dari berbagai buku, koran, majalah, bahkan kiprah dan kisah hidupmu kini diabadikan dalam sebuah film
banyak lagu yang mengalun, menjuntai indah, berkumandang untuk mengingat peranmu sebagai pemuda, mahasiswa

Gie.. masa ketika kita menjadi mahasiswa memang indah
penuh dengan pergolakan pemikiran, gejolak rela berkorban yang sangat membara
untuk siapa?
tentu saja mahasiswa sebagai manusia paling idealis di muka bumi akan menjawab: demi rakyat Indonesia!

sekarang aku ada di masa itu Gie..
masa-masa menjadi mahasiswa
aku melangkah di jalan-jalan yang dulu kamu lewati
menapaki tangga-tangga yang biasa menjadi tempatmu bersenda gurau dengan kawan-kawanmu
ikut bercanda riang di kantin-kantin tempatmu bicara banyak mengenai dunia
walaupun warna yang kita pakai berbeda
namun aku tetap merasakan kemesraan dengan sejarah pergerakanmu di tempat itu Gie..

jejeran gedung itu, belum diubah sejak kau masih menimba ilmu disana
jalan-jalan itu masih sama rutenya
rawamangun memang akan tetap menjadi tempa bersejarah bagi pemuda Indonesia

satu hal lagi yang aku sadari
jalan utama disana bertuliskan JALAN PEMUDA
sesuai dengan nama jalan itu
aku berharap dapat menjadi pemuda yang sesungguhnya Gie
bukan yang hanya mementingkan fashion, kepopuleran, ataupun uang

terima kasih ya Gie..
walaupun aku tak pernah mengenalmu, tidak sekalipun bertatap mata denganmu
namun, aroma nafas perjuanganmu masih dapat aku rasakan sampai detik ini
catatan harian dan kiprahmu sebagai manusia menginspirasi banyak orang
niatmu begitu tulus, idealisme mu begitu suci, tak mau tersentuh oleh bajingan-bajingan politik yang mengatasnamakan kesejahteraan rakyat

selamat ulang tahun Gie..
semoga Tuhan menjamah seluruh pengorbananmu untuk negeri ini, demi rakyat di negeri yang kau cintai ini

Kurnia Yunita Rahayu

Tuesday, November 30, 2010

Keep Writing!

There is no other way to capture the ideas except by writing

Kurnia Yunita Rahayu

Untuk blog-ku tersayang

ini hal yang gawat
otak ini terasa beku, mati
tidak dapat mengeluarkan ide-ide brilian untuk dituliskan

beberapa bulan ini waktu saya tersita hampir seluruhnya hanya untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah yang menumpuk, menyita waktu, tenaga, pikiran, serta asa hidup
sore ini, saya baru sadar akan satu hal
satu hobi yang telah menjadi kebiasaan itu telah terlupa
tidak terjamah lagi

blog ku yang indah, blog ku yang cerdas
mohon maaf ya..
mungkin aku sangat berdosa, membiarkan para laba-laba membuat sarang di dindingmu yang tebal
membuat para nyamuk seenaknya berkembang biak di tamanmu yang permai

aku tak ingin membuat janji-janji palsu padamu, blogku yang manis..
yang pasti kamu tahu aku tidak akan membiarkanmu runtuh bagai kuil parthenon yang ditinggal oleh dewa perangnya
aku tidak akan mengganti fungsimu sebagai tempat ku berkarya, seperti bangsa Spanyol menjadikan masjid Kordoba sebagai gereja kathedral

ini adalah komitmen awal yang harus kita bangun manisku
mari kita menari di atas seluruh fenomena yang bisa ditangkap oleh indra
tidak menyecer setiap pemikiran yang terlewat dalam setiap detiknya
dengan menuliskan hal-hal berkualitas, untuk para pembaca yang berkualitas

Thursday, November 4, 2010

My Reason to Choose History as My Major

Originated from my love to the temples, seeing and trying to understand the reliefs there, makes me want to learn further about messages and values contained there. Beside that, since I was a young I was a lovers of folklore and history of Javanese Puppets, which are often told by my father. My various experiences above forming the image in my mind that the “classic things” is “priceless”.

Along the increased age, I became a book lovers. Not comic books, or teenage novels, but I prefer the history books or historical fiction books. By reading various works of history, many figures becomes an inspiration in my life. Such as HOS Tjokroaminoto, how he summon up all the Indonesian people under the banner of Sjarikat Islam conduct a national movement to cast out the Dutch from our beloved country. Tan Malaka, one that consistently take the fight way against the invaders through his thoughts that gave birth various state-strategy encompassing guerrilla, political, and economy. And even, until now his thoughts are still colorize the soul of Indonesian Murbaism.

I am the one who loves writing. There is no other way to capture the ideas except by writing. In the future I wanted to create a masterpiece with the breath of history. For that reason I have to enter college majoring in history. I want to learn how history was made, from where perspective the events can considered as a history, and of course collecting fully history information to support my passion to write a works of history.

Learning history doesn’t mean just wasting time because having to remember the past. For me, we will not be able to do better without learning from history. And that is the function of history, makes us learn from the past, to live life today, and to mapping our future. Beside that, learning history will broaden our knowledge, because in studying history we are required to read a lot, explore the historical information from various historical literature.

My love of history, and also my passion to make masterpieces of history encouraged me to choose history department. And Alhamdulillah God is agreed I am accepted in State University of Jakarta majoring in history.


Development of Educational History in Indonesia

Educational history in Indonesia is continues to grow from time to time, as more and more discovery of evidences of historical facts are still being debated because have not been revealed in the past.

In the reign of Orde Lama, history told us how the heroes fought independence from colonial nation. And how the struggle for independence that has been achieved, because the invaders tried to re-enter and colonize Indonesia.

After the reign of Orde Lama was deposed by student movement in 1966, it gives birth the reign of Orde Baru which provides restrictions on the educational history. So many historical facts that are hidden even deliberately omitted for the glory of the rulers at that time, namely from military.

When students returned to the movement in 1998, deposed the corrupt reign of Orde Baru with the spirit of reformation. As a successor regime, Orde Reformasi set us free from shackles concealment history as is done by the Orde Baru. We are free to read any history that we want. Modern historians have no doubt to released their newest result of research such as Ahmad Mansur Suryanegara who has published his newest books Api Sejarah, and Api Sejarah 2. The books reveals the role of clerics and Islamic youth in the war of independence.

Basically patterns of educational history at each age is an antithesis from previous period. It can’t be separated from the function of history especially for not recur the things that are not desirable.

--my english midterms

Kurnia Yunita Rahayu

Saturday, October 16, 2010

Masa Depan Suram

Masa depan suram, atau lebih dikenal dengan istilah madesu bagi anak muda di abad ke-21 ini, menjadi sebuah kata yang begitu indah di telinga dan hati saya saat ini.

Saya yakin dan percaya: semua masa depan adalah suram, kelam, dan gelap

Bagaimana manusia dapat dengan pendeknya berkata, dengan pendidikan yang tinggi, atau dengan jabatan karir yang tinggi, masa depan cerah sudah di tangan?

Jangankan untuk menggenggam masa depan. Akankah kita masih bisa hidup esok hari saja tidak ada yg pernah tahu.

Masa depan suram, ya kembali pada istilah itu.
Saya sangat mencintainya.

Tiga buah kata itu, mengantarkan manusia pada sebuah kemesraan dengan Sang Pemilik Masa Depan.
Ketika kita harus memohon, menangis, meronta, meraung, bersujud di hadapan-Nya, memohon sesuatu yang tak mungkin nampak di mata manusia.
Ya, halaman-halaman gelap masa depan, yang tak pernah kita tahu namun harus selalu kita ikhlaskan dan serahkan kemana saja Dia akan membawa pergi, Dia Sang Perencana yang Tak Pernah Keliru.

Kurnia Yunita Rahayu

Sunday, October 3, 2010

Puisi Hatiku

Mengintip laju mobil dari jembatan penyebrangan Kampung Rambutan
Menghirup udara segar di jalur pejalan kaki sambil beradu cepat menyeberang sebelum kereta api melintas di sisi kali Manggarai
Menelan habis kepulan asap hitam dari bus kota
Mengejar bus mayasari bakti bernomor keramat setiap pagi dan sore

aaah tidak disangka hal-hal itu menjadi sangat indah dalam hidup yang cuma sesaat ini
tidak perlu duduk di sebuah mobil mewah untuk dapat mendapatkan ketenangan hati
tidak butuh aku miliki semua gadget canggih untuk bisa tersenyum menatap langit
tidak usah bertemankan seribu orang periang atau bahkan satu orang sok periang untuk aku bisa menikmati kotaku yang sangat kucintai ini

aku cinta diriku
aku bangga dengan hidupku
aku percaya aku
aku hanya untukku

--aku, menikmati suara gemericik air hujan yang bernyanyi dengan amat merdunya

Wednesday, September 8, 2010

Happy 18th

Mengalir kita dalam suatu masa.

Terhanyut kita dalam suatu rasa.

Saturday, August 28, 2010

Nyai Ahmad Dahlan dalam Pendidikan dan Perjuangan kemerdekaan

Wanita yang cerdas dan berwawasan luas, istri yang selalu setia mendampingi suaminya dalam berjuang, serta seorang hamba Allah yang senantiasa bersujud kepada-Nya. Bicara tentang wanita, perjuangan dan pendidikan, tidak sepatutnya kita sebagai generasi muda melupakannya. Ya, dialah Siti Walidah Binti Kiai Penghulu Haji Ibrahim bin Kiai Haji Muhammad Hasan Pengkol bin Kiai Muhammad Ali Ngraden Pengkol atau lebih dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan.

Siti Walidah dilahirkan pada tahun 1872 dari rahim seorang ibu yang dikenal dengan nama Nyai Mas, istri dari Kiai Haji Muhammad Fadli, di kampung Kauman, Yogyakarta . Sebagai putri dari seorang ulama yang disegani masyarakat, terlebih lagi ayahnya sebagai Penghulu Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat (nama Yogyakarta waktu itu) menjadikan ia sebagai putri “pingitan”. Kehidupannya ada di dalam lingkungan agamis tradisional, yang menyebabkan pergaulannya sangat terbatas dan tidak boleh mengikuti pendidikan formal. Belajar membaca Al-quran dan ilmu agama saja sudah cukup bagi kaum wanita pada waktu itu. Pendidikan yang didirikan oleh Belanda pun terbatas pada golongan-golongan tertentu.

Walau dengan keadaan yang sangat terbatas itu, beliau tetap memanfaatkannya dengan baik. Beliau adalah sosok yang sangat giat menuntut ilmu, terutama ilmu agama Islam. Hampir setiap hari, seperti penduduk-penduduk kampung Kauman lainnya Siti Walidah belajar Al-quran dan kitab-kitab agama berbahasa Arab Jawa (pegon).
Keinginannya untuk terus belajar ilmu agama menjadi sempurna ketika ia menikah dengan sepupunya, Muhammad darwis, atau yang lebih dikenal dengan nama KH Ahmad Dahlan. Suaminya yang seorang pendiri organisasi Muhammadiyah, organisasi yang aktif dalam pergerakan nasional Indonesia dalam bidang pendidikan membawanya kepada pergaulan dengan para pelopor pergerakan nasional seperti Jenderal Soedirman, Bung Tomo, Bung Karno, dan Kiai Haji Mas Mansyur. Dengan meluasnya pergaulan dengan para tokoh pergerakan nasional tersebut, Nyai Ahmad Dahlan menjadi seorang yang berwawasan luas dan berpikiran maju.

Seiring dengan bergejolaknya hasrat para wanita di awal abad ke-20 yang merasa tidak adanya persamaan hak dalam pendidikan bagi kaum wanita, maka Nyai Ahmad Dahlan pun ikut tampil di dunia emansipasi wanita, sebagai salah satu dari sekian banyak wanita Indonesia yang turut memperjuangkan kesetaraan hak dalam pendidikan. Melihat kenyataan tersebut beliau mulai memikirkan cara-cara untuk memperjuangkan hak-hak para wanita.

Dimulai dengan mengikuti jejak suaminya, KH Ahmad Dahlan, dalam menggerakkan Muhammadiyah untuk menambah ilmu, pengalaman, serta amal baktinya. Beliau mendirikan sebuah perkumpulan pengajian bernama “Sopo Tresno” dalam bahasa Indonesia berarti “Siapa Cinta” pada tahun 1914. Perkumpulan ini tidak hanya membahas hal-hal mengenai agama Islam, tetapi juga mengajarkan pentingnya pendidikan bagi masyarakat Indonesia. Pengajian Sopo Tresno belumlah menjadi sebuah organisasi dan hanya sebuah kelompok pengajian biasa karena belum mempunyai anggaran dasar, anggaran rumah tangga, serta peraturan-peraturan lainnya.

Kegiatan Sopo Tresno diisi dengan pengkajian agama yang diisi secara bergantian oleh Nyai Ahmad Dahlan dan KH Ahmad Dahlan. Beliau beserta suami, menyampaikan dan membahas ayat-ayat Al-quran dan hadis-hadis yang berisi tentang hak dan kewajiban seorang wanita. Sehingga dengan cara ini diharapkan para wanita dimulai dari anggota –anggota Sopo Tresno akan lebih memahami dan timbul kesadaran akan kewajibannya sebagai wanita, istri, hamba Allah dan warga negara Indonesia.

Dalam sebuah pertemuan di rumah Nyai Ahmad Dahlan yang dihadiri oleh para pengurus Muhammadiyah timbullah sebuah gagasan untuk menjadikan Sopo Tresno sebagai organisasi wanita yang mapan. Dan akhirnya atas usulan Haji Fakhruddin, digantilah nama Sopo Tresno menjadi “Aisyiyah”. Maka pada tanggal 22 April 1917, organisasi Aisyiyah diresmikan dan diketuai oleh Siti Bariyah. Upacara peresmian dilaksanakan bertepatan dengan diselenggarakannya Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang untuk pertama kalinya dilaksanakan oleh organisasi Muhammadiyah secara besar dan meriah. Lalu pada tahun 1922, Aisyiyah resmi menjadi bagian dari Muhammadiyah sebagai lembaga khusus perempuan di bidang pendidikan.

Dalam organisasi ini, Nyai Ahmad Dahlan memperkenalkan pemikiran bahwa wanita pun memiliki hak untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Beliau juga turut menentang praktik kawin paksa. Pada masa itu, pemikiran Nyai Ahmad Dahlan tidak mudah diterima oleh masyarakat luas. Jalan yang ditempuhnya untuk mengajarkan pemikiran baru kepada wanita bisa dibilang penuh dengan tantangan. Dengan semangat menyetarakan hak wanita dalam hal pendidikan khususnya, Nyai Ahmad Dahlan dan para pengurus Aisyiyah lainnya terus berjuang tanpa kenal lelah untuk meruntuhkan kepercayaan kolot yang menyebut aksi mereka “melanggar kesusilaan wanita”. Perjuangannya dan para pengurus Aisyiyah lainnya pun membuahkan hasil, sedikit demi sedikit masyarakat mulai menerima pemikirannya.

Nyai Ahmad Dahlan memilih untuk mengajari masyarakat dengan karya yang nyata. Beliau mendirikan sekolah-sekolah putri, kursus ilmu agama, serta terus menjalankan program pemberantasan buta huruf bagi kaum perempuan. Selain itu didirikan juga rumah-rumah miskin dan anak yatim perempuan serta menerbitkan majalah untuk kaum wanita.
Usaha-usaha Nyai Ahmad Dahlan ini didukung penuh oleh Muhammadiyah. Sebagai organisasi yang sudah mengakar di masyarakat bahkan disebut sebagai organisasi pembaharu, Muhammadiyah selanjutnya mulai berperan dalam mengembangkan dunia pendidikan bagi kaum wanita, merespon isu-isu tentang wanita, dan memberdayakannya dalam bidang pendidikan dan pelayanan sosial.

Selanjutnya atas perannya yang begitu besar terhadap Aisyiyah dan Muhammadiyah, beliau disebut sebagai Ibu Aisyiyah dan juga Ibu Muhammadiyah.
Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945-1946 beliau terus melakukan perjuangannya untuk bangsa Indonesia walaupun dalam keadaan sakit-sakitan. Perjuangannya semata-mata dilakukan agar bangsa Indonesia khususnya kaum perempuan lebih maju dalam bidang pendidikan, sosial, dan terbebas dari penjajahan. Beliau membuktikan bahwa dengan semangat Islam, dapat mendorong kemerdekaan serta majunya kaum wanita Indonesia.

Perjuangan beliau dalam menyadarkan perempuan tentang pentingnya arti pendidikan dalam kehidupan, serta turut mendidik bangsa Indonesia dalam melawan penjajah merupakan alasan yang sangat tepat bagi pemerintah untuk menganugrahkan bintang anumerta pada Nyai Ahmad Dahlan dan mengelompokkan beliau sebagai Pahlawan Nasional sesuai dengan surat Presiden no. 042/TK/TH 1971 tanggal 22 September 1971.

Wednesday, August 11, 2010

Aku dan keinginanku

Cukup bagiku melihat kebahagiaan kalian:
Senyum yang melebar,
Sorot mata yang berbinar,
Tawa riang yang terdengar,
Celoteh lucu yang terlontar.
Cukup bagiku merasakan semuanya dengan memperhatikan hal-hal itu tanpa ikut serta melakukan semua itu.
Karena aku, harus tetap pada jalanku. Biarlah aku mencari jati diriku. Dan tidak terlambat bagiku, memahami siapa diriku.

--aku, menyikapi keinginanku

Monday, August 9, 2010

UNJ

UNJ, memang sama sekali bukan universitas impian saya. Namun saya berdoa, semoga disana terdapat jalan-jalan terbaik untuk meraih semua impian saya...

--aku, diterima di Universitas Negeri Jakarta jurusan pendidikan sejarah

Thursday, July 22, 2010

Debat

Wahai saudaraku, silakan ber-analogi dan ber-logika.
Namun jangan lengah terhadap bahaya merasa paling benar sendiri.

--aku, menyimak perdebatan mengenai niat shodaqoh

Friday, July 16, 2010

Pasrah

Tuhan, terserah pada-Mu. Aku ikut mau-Mu Tuhan.

--aku, untuk keempat kalinya gagal dalam ujian masuk universitas negeri

Sunday, July 11, 2010

Semboyan Sjarikat Islam

Kemauan
Kekuatan
Kemenangan
Kekuasaan
Kemerdekaan

--5K, semboyan organisasi pelopor gerakan kebangkitan kesadaran nasional Indonesia. Sjarikat Islam (1912 M)

Wednesday, June 9, 2010

Untuk Mu

Hei, sebut satu nama yang dapat membantuku!

Tunjuk satu sosok yang dapat menggerakkan tubuhku!

Datangkan sebuah kekuatan yang dapat menolongku!

Hembuskan angin yang menyejukkan hatiku!

Ciptakan mata air untuk memadamkan api amarahku!

Keluarkan meja permainan lotre untuk memancing keberuntunganku!

Berikan peta penunjuk jalan menuju cita-citaku!

Hadirkan secercah cahaya untuk membebaskan aku dari belenggu!

Thursday, April 8, 2010

Happy 13th!

Saturday, March 13, 2010

Friday, March 12, 2010

Kanan, Kiri?

Dengan sedang tidak bermaksud menyuarakan perbedaan, saya mempertanyakan hal ini.

Siapa diantara kita dapat menjawab secara pasti mengapa terjadi penjungkirbalikkan derajat antara si Kanan dan si Kiri

Siapa yang dapat menentukan keberadaan mereka secara jelas? Bukankah mereka akan selalu berpindah tergantung dari perspektif apa kita melihatnya

Lalu mengapa manusia selalu menjadikannya bertentangan. Ya, kanan sebagai perlambang dari kebaikan, kebenaran, dan segala bentuk dari yang akhirnya akan menyenangkan

Sedangkan apa yang terjadi dengan kiri. Menjadi lawan dari pasangannya. Kiri adalah lambang keburukan, ketidakjujuran, ketidakadilan, dan semua istilah yang diawali dengan kata tidak.

Seorang idola pernah membuat sebuah karya terbaik dengan judul "Orang-orang di persimpangan kiri jalan" yang lalu saya ketahui bahwa karya itu membicarakan orang-orang yang memiliki cara lain dalam meraih kemerdekaan.
Bahkan Allah, Tuhan semesta alampun mengajarkan kepada kita agar beristinja' dengan tangan yang lagi lagi sebelah kiri dan melakukan shodaqoh dengan tangan kanan.
Apakah berhubungan dengan pengaturan otak saya yang menuliskan salahsatunya terlebih dahulu pada judul tulisan ini?

Kekasih pernah berkata untuk tidak memikirkan sesuatu yang tidak seharusnya dipikirkan tanpa ada bimbingan, namun ini begitu dekat

Inikah salah satu bahasa Tuhan untuk menunjukkan sesuatu

Wahai Tuhan, Engkau telah mengajarkan peradaban kepada manusia sehingga muncullah sosok Adam.
Tidak sulit bagimu mengilhami para wanita seperti Kartini untuk menyuarakan persamaan hak dan kedudukan dengan kaum laki-laki.
Begitu indah kau menghapuskan budaya rasisme di benua Eropa dan Amerika.

Semua menjelaskan betapa kuasa logika-Mu di atas logika hanya seorang manusia.

12 atau Pertama

Dua belas bulan, tahun pertama, tiga ratus enam puluh lima hari, ataupun delapan ribu tujuh ratus enam puluh jam, dan masih banyak konversi waktu lainnya membantuku untuk ungkap satu hal terindah yang telah aku punya. Ya tebya lubliu.. :)

--kurnia yunita rahayu, for our first anniversary four days ago

Monday, January 4, 2010

Resolusi 2010

wish list ini dimulai dari tahun 2010, semoga semua tercapai atau minimal ada salah satu yang tercapai, dan semoga bukan cuma harapan tapi yang pasti semua akan saya perjuangkan! seluruh hidup ini saya dedikasikan untuk meraihnya.. bismillahirrohmanirrohiim..
1. masuk ui
2. masuk ui
3. masuk ui
4. jadi mahasiswa ui
5. beli mac book pro

dan keinginan-keinginan lain sebenarnya adalah properti-properti pelengkap dari satu keinginan itu
ya Allah.. semua keputusan adalah milikMu, semua yang terjadi di dunia adalah kuasaMu, aku akan berusaha sampai aku tidak bisa berusaha lagi, setelah itu semuanya milikMu ya Allah..