Thursday, March 6, 2014

Mike Wazowski

Ia tampil bagai mesias yang memberikan penyadaran bahwa pendidikan semestinya dapat mengakomodir potensi dari tiap-tiap peserta didik, bukan malah menyeragamkan mereka.

Mike Wazowski, seekor monster kecil hijau bermata satu. Tak seperti monster pada umumnya yang punya bentuk fisik menakutkan, Mike justru terlihat lucu. Tubuh bulat dan kawat yang memagari seluruh giginya, memperkuat kesan itu.
Meski begitu, sejak kecil Mike sudah bercita-cita untuk menjadi seorang scarer. Baginya, hanya dengan menjadi scarer yang memiliki keahlian menakuti manusia, maka seekor monster telah sampai pada hakikat kemonsterannya. Kemudian bagaimana ia bisa menjadi seorang scarer?

Dalam dunia monster, keahlian mesti dipelajari dalam sebuah institusi. Untuk itu, Mike Wazowski tak ragu untuk mendaftarkan dirinya ke universitas. Ya, Monsters University. Disanalah tempat berkumpul akademisi-akademisi monster yang tahu betul bagaimana harus menciptakan para scarer.

Scarer yang mumpuni dalam bidangnya tentu saja hidup dalam atmosfer akademik yang sempurna. Oleh karena itu, Monsters University melengkapi kampusnya dengan sebuah asrama mahasiswa, perpustakaan, laboratorium, beragam kegiatan ekstrakurikuler dan ruang terbuka yang menunjang kegiatan selama 24 jam. Dengan komponen lingkungan tersebut, kampus mendukung para monster untuk mengembangkan seluruh potensinya di universitas. Bukan saja lewat penyediaan buku-buku yang menunjang tapi juga melalui interaksi sepanjang hari dengan sesama mahasiswa.

Komponen penunjang berikutnya adalah tenaga pengajar profesional. Dosen-dosen di Monsters University mesti memenuhi kualifikasi akademik yang tinggi untuk memenuhi tugasnya. Tercatat, seluruhnya sudah bergelar professor. Namun, bukan sembarang gelar mereka dapat. Masing-masing punya catatan prestasi sebagai bukti pengembangan keilmuannya. Misalnya saja, Dean Hardscrabble, Kepala Program Menakuti di Monsters University, merupakan pemecah rekor menakuti di dunia monster. Belum ada yang menandingi prestasinya, maka jabatannya pun tak tergantikan.

Kemudian apa yang dilakukan monster dosen profesional dengan para mahasiswanya di dalam kelas? Ternyata mereka punya silabus dan kurikulum yang ketat. Menjadikan sosok hebat mereka sebagai acuan. Akhirnya, para monster pun diajarkan bagaimana menjadi Dean Hardscrabble. Menakuti dengan teori yang selalu digunakan Dean, berekspresi sebagaimana bentuk tubuh Dean, serta berkegiatan sebagaimana telah menjadi pengalaman Dean.

Seluruh mahasiswa Monster University mengikuti pola belajar tersebut dengan baik. Tanpa protes. Karena, pada akhirnya penentu hasil belajar mereka merupakan sebuah tes yang didasarkan pada materi-materi tersebut. Maka, yang diperlukan mahasiswa hanyalah mengikuti apa yang sudah diajarkan.

Mike Wazowski merupakan satu yang paling serius dalam urusan belajar. Ia membaca habis seluruh buku teks teori menakuti dan senantiasa mempraktikkannya di dalam kamar asrama. Secara tertulis, hasilnya pun baik, ia selalu mendapat nilai tertinggi di kelas. Mengalahkan teman-teman monster lainnya yang secara fisik, lebih punya potensi untuk menakuti manusia ketimbang Mike.

Namun, bukan penghargaan yang diterima Mike saat hasil belajarnya selalu sempurna. Ia justru dikeluarkan oleh Dean Hardscrabble dengan alasan yang sulit diterima. “Satu-satunya kekuranganmu adalah hal yang tak bisa dipelajari,” kata Dean pada Mike. “Kau tidak menakutkan.”

Kisah Mike Wazowski dan pendidikan di Monsters University memang hanya sebuah cerita dalam film Komedi Animasi berjudul Monsters University keluaran Pixar (2013). Namun, film yang disutradarai Don Scanlon ini merupakan kartun satir terhadap sistem pendidikan dunia yang kini tidak memosisikan manusia sebagai inti kegiatannya. Hanya saja dalam film ini, disimbolkan dengan para monster.  

Nampak jelas bahwa Mike Wazowski merupakan korban dari sistem pendidikan yang telah menciptakan standar  ajeg pada diri monster sebagaimana sebuah barang. Karena orientasi pendidikan Monsters University adalah untuk memenuhi kebutuhan industri monster. Universitas ini merupakan penyedia utama tenaga pekerja di Monsters Inc.

Pekerjaan paling bergengsi di Monsters Inc, yakni sebagai scarer diukur dari kemampuan monster menakuti manusia. Kemampuan itu pun dinilai dengan sebuah tabung pengukur kekuatan menakuti. Skor tertinggi dari tabung tersebut bergantung pada jerit manusia saat bertemu scarer. Sedangkan jerit manusia sendiri ditentukan oleh seberapa besar dan menakutkan bentuk fisik monster, lengking suaranya, intonasi, mimik wajah, serta ketepatan teori menakuti. Semuanya terstandar, dalam nilai yang ajeg.

Hal ini nampaknya memang sudah mengingkari jati diri para monster yang diciptakan dengan karakter masing-masing yang unik. Namun, hal tersebut tidak berguna dalam dunia berparadigma positivistik. Keunikan dan karakter tiap monster yang sifatnya dinamis tidak diperhitungkan. Makanya, bagi mahasiswa Monsters University berpikir untuk menjadi berbeda hanya membuang-buang waktu saja.

Pada tingkatan selanjutnya, para monster justru takut untuk menjadi berbeda. Don Carlton, Terry dan Terri, Art, serta Scott Squibbles merupakan contoh terbaik. Lima monster yang tergabung dalam kelompok persaudaraan Oozma Kappa ini sama sekali tidak punya bakat bawaan yang masuk dalam kategori meyeramkan. Maka tidak heran, jika mereka tidak berani saat Mike Wazowski mengajaknya untuk ikut kompetisi menakuti. Karakter penakut seperti ini memang merupakan idaman para pemegang dominasi. Paling tidak, ketakutan untuk maju dalam kompetisi sebelum menunjukkan kemampuannya, telah mengeliminasi lawan bagi para monster jagoan, yang sudah bertahun-tahun menjadi scarer.

Menurut para teoretisi kritis Mazhab Frankfurt, pola seperti itulah yang muncul apabila paradigma positivistik terus berlangsung di dunia, termasuk pendidikan. Paradigma yang menghilangkan seluruh elemen kemanusiaan yang tak punya nilai ajeg, sangat rentan dimanfaatkan oleh kelompok dominan untuk mempertahankan status quo. Sebab, pola pikir yang dikembangkan cenderung mengabaikan relasi-relasi tersembunyi yang sebenarnya saling terkait dalam sebuah fenomena. Akibatnya, terjadi penindasan secara struktural terhadap sebagian kelompok.

Akhirnya, Mike Wazowski hadir sebagai simbol perlawanan terhadap paradigma positivistik dalam dunia pendidikan. Ia bergabung dan menyadarkan Kelompok Persaudaraan Oozma Kappa bahwa semua monster bisa berkembang dan menjadi scarer dengan caranya sendiri. Ia pun melatih lima monster Oozma Kappa hingga menjadi para scarer dengan kemampuan menakuti yang luar biasa. Sangat inovatif dengan mendasarkannya pada kemampuan masing-masing monster. Tidak berlebihan jika dikatakan monster hijau bermata satu ini tampil bagai mesias yang memberikan penyadaran bahwa pendidikan semestinya dapat mengakomodir potensi dari tiap-tiap peserta didik, bukan malah menyeragamkan mereka.

Namun, sebagaimana kisah hidup mesias-mesias dari beragam legenda dunia, Mike Wazowski juga mesti mengalami kegetiran. Ia dikeluarkan dari Monsters University, justru karena universitas tak bisa menerima dirinya sebagai entitas yang ‘berbeda’. Biar begitu, usahanya untuk berpikir dan bertindak di luar konsensus masyarakat tak pernah berhenti. Ia tetap belajar untuk menjadi scarer dengan caranya sendiri, dengan ukuran-ukuran sendiri. Sekaligus menunjukkan bahwa upaya mendobrak sistem pendidikan yang sudah terlalu lama mengakar dalam masyarakat, tidak bisa dilakukan dari dalam sistem itu sendiri.  

Kurnia Yunita Rahayu