Tuesday, June 12, 2012

Lewat Sembilan Tahun

Lebih dari itu semua, ada hidup yang akan lebih tertutup bagimu untuk mengerti. Ada hidup yang bersekat tebal dengan canda tawa riang masa pubertasmu. Ada hidup yang selalu dihalangi berbagai kenyamanan saat kau berkumpul dengan kawan sebayamu. Ada hidup yang baru akan dan bisa kau mengerti setelah kau temukan siapa dirimu.

Selamat, ya. Satu lagi tahapan sekolahmu telah berhasil dilalui dengan baik. Jenjang pendidikan yang diwajibkan oleh pemerintah sudah selesai kau tempuh, selesai, memuaskan. Sembilan tahun yang sudah lewat semoga bukan cuma lembaran usang yang siap dilipat rapi di dalam kotak lalu mengirimnya ke Bantar Gebang. Meski tumpukan buku dan kertas yang kau gunakan selama sembilan tahun itu akan segera kugiring dalam bara api. 

Lewat sembilan tahun, belajar di sekolah. Berstatus sebagai pelajar. Diajar berbagai mata pelajaran, yang kupikir, maaf, tidak akan membantumu hadapi hidup. Pemerintah memang curang, setengah-setengah bekali warganya buat jalani hidup di Negara yang diaturnya. Lewat sembilan tahun, belum akan ada yang bisa dilakukan.

Maka itu, mereka merancang satu lagi anak tangga yang harus dipijaki, sebelum sampai pada puncak capaian pendidikan: perguruan tinggi. Anak tangga yang satu itu, ah, bukan sulit kan kau dapat. Bekal yang terkumpul dalam waktu lewat sembilan tahun itu  mampu mengantarmu ke sekolah manapun yang kau pilih. Sekarang, tugaskan jari telunjukmu untuk memilih, kemudian ikuti saja kemana arah yang ia tuju.

Namun, ada satu hal yang harus kuingatkan padamu tentang masa sembilan tahun yang sudah kau lewat ini. Capaianmu yang sebenarnya bukanlah data statistik yang meski sudah baik, masih kau umpat karena merasa kurang puas. Yang jadi tujuanmu bukanlah seberapa populer sekolah menengah yang akan kau pilih beberapa hari lagi. 

Lebih dari itu semua, ada hidup yang akan lebih tertutup bagimu untuk mengerti. Ada hidup yang bersekat tebal dengan canda tawa riang masa pubertasmu. Ada hidup yang selalu dihalangi berbagai kenyamanan saat kau berkumpul dengan kawan sebayamu. Ada hidup yang baru akan dan bisa kau mengerti setelah kau temukan siapa dirimu.

Untukmu yang siap menjumpa indahnya hidup, terlelaplah di dalamnya, tenggelamlah bersama hiruk-pikuknya. Usah kau pikirkan hidup yang kusebut-sebut lebih kejam dari nenek sihir dalam cerita dongeng di negeri manapun di seluruh penjuru dunia. Ini memang masamu, saat yang tepat untuk menikmat waktumu.

Jangan biarkan kulit wajahmu berkerut sebelum tiba waktunya. Raihlah segala yang bisa kau raih. Bernyanyilah sampai seluruh dunia menyertai senandungmu. Berlarilah sampai kau tahu bahwa duniamu tiada pernah punya ujung. Hiduplah, dan jangan pernah berpikir untuk tidak hidup di dalam dunia manusia dan kemanusiaanmu. 

Akan tetapi, ada satu permintaanku: berjanjilah, untuk tetap memanusiakan dirimu, dan untuk melawan siapapun yang berani mencerabutnya dari dalam dirimu.

Buat Adikku, dari Mbak-mu,

Kurnia Yunita Rahayu

No comments:

Post a Comment