Saturday, February 26, 2011

Aku, otak, dan hati. Terjerembab!

Sang filsuf mengatakan bahwa kebenaran itu relatif. Bergantung pada kesesuaiannya pada kenyataan. Kini yang jadi persoalan adalah: tidak ada kenyataan yang kekal, selalu berubah seiring berjalannya waktu.

Sebagai seorang yang hidup dalam waktu kini akupun mempertanyakan: apakah kebenaran perasaan yang pernah pernah singgah di hatiku akan tetap ada? Dengan ukuran yang samakah?

Saat ini kegundahan menggerogoti hati kecil ini. Ketidakadilan keadaan dan kesakitan-kesakitan berlomba-lomba menguasai pedalaman hati ini

Lalu sekarang aku harus apa? Aku memang egois, aku tidak mau sakit. Paling tidak aku akan membutuhkan segala yg dapat kujadikan pembenaran atas setiap keputusan yang pernah dan akan kubuat.

Kurnia Yunita Rahayu

2 comments:

  1. kebenaran perasaan sudah ada dan sudah terbukti . . .

    tapi kadar dan batasan akan slalu beda dalam dalam satu sisi ke sisi lain . .

    ReplyDelete
  2. aku membangun sendiri tempurungku yang sekeras batu. melindungi dari sakit yang datang dari luar, dan pelan2 pelan menyakiti diri sendiri.. *masokis*

    ReplyDelete