Lebih dari itu semua, ada hidup yang akan lebih tertutup bagimu untuk mengerti. Ada hidup yang bersekat tebal dengan canda tawa riang masa pubertasmu. Ada hidup yang selalu dihalangi berbagai kenyamanan saat kau berkumpul dengan kawan sebayamu. Ada hidup yang baru akan dan bisa kau mengerti setelah kau temukan siapa dirimu.
Selamat, ya. Satu lagi tahapan sekolahmu telah
berhasil dilalui dengan baik. Jenjang pendidikan yang diwajibkan oleh
pemerintah sudah selesai kau tempuh, selesai, memuaskan. Sembilan tahun yang
sudah lewat semoga bukan cuma lembaran usang yang siap dilipat rapi di dalam
kotak lalu mengirimnya ke Bantar Gebang. Meski tumpukan buku dan kertas yang
kau gunakan selama sembilan tahun itu akan segera kugiring dalam bara api.
Lewat sembilan tahun, belajar di sekolah. Berstatus
sebagai pelajar. Diajar berbagai mata pelajaran, yang kupikir, maaf, tidak akan
membantumu hadapi hidup. Pemerintah memang curang, setengah-setengah bekali
warganya buat jalani hidup di Negara yang diaturnya. Lewat sembilan tahun,
belum akan ada yang bisa dilakukan.
Maka itu, mereka merancang satu lagi anak tangga yang
harus dipijaki, sebelum sampai pada puncak capaian pendidikan: perguruan
tinggi. Anak tangga yang satu itu, ah, bukan sulit kan kau dapat. Bekal yang
terkumpul dalam waktu lewat sembilan tahun itu mampu mengantarmu ke sekolah manapun yang kau
pilih. Sekarang, tugaskan jari telunjukmu untuk memilih, kemudian ikuti saja
kemana arah yang ia tuju.
Namun, ada satu hal yang harus kuingatkan padamu
tentang masa sembilan tahun yang sudah kau lewat ini. Capaianmu yang sebenarnya
bukanlah data statistik yang meski sudah baik, masih kau umpat karena merasa
kurang puas. Yang jadi tujuanmu bukanlah seberapa populer sekolah menengah yang
akan kau pilih beberapa hari lagi.
Lebih dari itu semua, ada hidup yang akan lebih
tertutup bagimu untuk mengerti. Ada hidup yang bersekat tebal dengan canda tawa
riang masa pubertasmu. Ada hidup yang selalu dihalangi berbagai kenyamanan saat
kau berkumpul dengan kawan sebayamu. Ada hidup yang baru akan dan bisa kau
mengerti setelah kau temukan siapa dirimu.
Untukmu yang siap menjumpa indahnya hidup, terlelaplah
di dalamnya, tenggelamlah bersama hiruk-pikuknya. Usah kau pikirkan hidup yang
kusebut-sebut lebih kejam dari nenek sihir dalam cerita dongeng di negeri
manapun di seluruh penjuru dunia. Ini memang masamu, saat yang tepat untuk
menikmat waktumu.
Jangan biarkan kulit wajahmu berkerut sebelum tiba
waktunya. Raihlah segala yang bisa kau raih. Bernyanyilah sampai seluruh dunia
menyertai senandungmu. Berlarilah sampai kau tahu bahwa duniamu tiada pernah punya
ujung. Hiduplah, dan jangan pernah berpikir untuk tidak hidup di dalam dunia
manusia dan kemanusiaanmu.
Akan tetapi, ada satu permintaanku: berjanjilah, untuk
tetap memanusiakan dirimu, dan untuk melawan siapapun yang berani mencerabutnya
dari dalam dirimu.
Buat Adikku, dari Mbak-mu,
Kurnia Yunita Rahayu
No comments:
Post a Comment