Dengan kapasitas berpikir yang entah bertambah atau berkurang dari sebelumnya, kini aku dapat berpikir bahwa:
Keesaan Tuhan bukan berarti Ia dapat terhitung oleh manusia.
Kegaiban Tuhan tidak sama dengan setan-setan yang juga tidak dapat kita lihat.
Kebaikan Tuhan tidak sekedar dengan hal yang kita anggap baik, seperti: memberi rezeki.
Tuhan itu jauh di luar jangkauan kapasitas berpikir manusia, namun tidak berarti Ia mengeksklusifkan diri dari makhluk-Nya.
Tuhan itu dekat, mungkin lebih dekat dari urat nadi. Begitu tutur para pemuka agama.
Namun kedekatannya mungkin tidak se-sederhana itu.
Ketika kita berkata jauh, jauh-Nya pun bukanlah dalam ukuran jarak yang bisa dipelajari manusia.
Wahai Tuhan, kecil sekali kemampuan manusia untuk memahami-Mu.
Dan mungkin Dirimu pun bukan untuk kami pahami, dengan rumus, teori, atau argumentasi apapun.
Kenyataannya,
Kami bertanya dan akan terus berpikir tentang-Mu,
namun Dirimu melebihi esensi dan eksistensi.
Jika Kau ingin berbangga hati, maka berbanggalah karena:
tak ada satu pun di dunia ini yang dapat membuktikan ketidakberadaan-Mu.
Kurnia Yunita Rahayu